Ilmu Pengetahuan Bahan, Cacat Kristal Logam
CACAT
KRISTAL LOGAM
1.1. Cacat Kristal
Diperlukan berjuta-juta
atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila
terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal. Cacat‑cacat inilah
yang ikut menentukan sifat bahan secara keseluruhan.
Ketidakmurnian dalam Bahan
Padat
Benda
yang asli selalu lebih digemari misalnya: madu asli, gula murni dan emas 24
karat. Meskipun benda sempurna, murni atau asli itu lebih baik, ada kalanya
karena faktor harga, pengadaan atau sifat‑sifat tertentu, diperlukan adanya ketidakmurnian.
Sebagai contoh, perak sterling, yang
mengandung tembaga 7.5% dan perak 92.5%. Bahan ini memang unggul, dapat saja
dimurnikan menjadi perak dengan kadar 99% lebih. Harganya akan lebih mahal,
sedang kualitas lebih rendah. Tanpa merubah rupa, campuran tembaga 7.5% akan
membuat perak itu lebih kuat, keras dan awet dengan harga yang lebih murah.
Dengan
sendirinya sifat‑sifat itu harus sesuai dengan rancangan kita sendiri. Seng
yang dicampurkan pada tembaga menghasilkan kuningan
yang lebih murah daripada tembaga murni. Kuningan lebih keras, kuat dan
ulet dibandingkan tembaga. Sebaliknya, kuningan mempunyai konduktivitas listrik
yang lebih rendah dari pada tembaga, sehingga kita tetap menggunakan tembaga murni
untuk penghantar listrik dan penggunaan sejenis lainnya dimana konduktivitas
listrik diutamakan.
Paduan adalah
kombinasi dari dua atau lebih jenis logam. Kombinasi ini dapat merupakan
campuran dari dua struktur kristalin (besi kpr dan Fe3C dalam baja
konstruksi), atau paduan dapat merupakan larutan
padat, dan sebagai contoh akan dibahas kuningan. Meskipun istilah paduan
digunakan secara umum, kombinasi dari dua atau lebih komponen oksida dapat
digunakan dalam produk keramik (contoh: isolator busi, badan pesawat tilpon
terdiri dari kombinasi beberapa jenis molekul).
Larutan Padat dalam Logam
Larutan
padat mudah terbentuk bila pelarut dan atom yang larut memiliki ukuran yang
sama dan struktur elektron yang serupa. Sebagai contoh dapat diambil logam
dalam kuningan, tembaga dan seng yang masing‑masing mempunyai jari‑jari atom
0.1278 nm dan 0.139 nm. Keduanya mempunyai 28 elektron subvalensi dan membentuk
struktur kristal dengan bilangan koordinasi 12. jadi, bila seng ditambahkan
pada tembaga, maka dengan mudah seng dapat menggantikan kedudukan tembaga dalam
kisi kps, sampai maksimal menggantikan 40% dari atom tembaga. Dalam larutan
padat tembaga dan seng ini, distribusi seng terjadi secara acak (Gambar 2.1).
Larutan padat substitusi
Larutan
padat yang telah diuraikan diatas disebut larutan
padat substitusi oleh karena atom seng menggantikan atom tembaga dalam
struktur kristal. Larutan padat seperti ini sering dijumpai dalam
berbagai sistem logam. Contoh lain larutan tembaga dan nikel yang membentuk
monel. Pada monel, nikel dapat
menggantikan atom tembaga dalam struktur tembaga semula dalam perbandingan
jumlah manapun. Larutan padat tembaga ‑ nikel berkisar dari 0% nikel dan 100%
tembaga sampai 100% nikel dan 0% tembaga. Semua paduan
tembaga‑nikel berstruktur kubik pemusatan sisi.
Gambar 1.1. Larutan padat subsitusi acak
Sebaliknya,
timah putih secara terbatas sekali menggantikan tembaga, membentuk perunggu,
dan tetap mempertahankan struktur mula tembaga yaitu kubik pemusatan sisi.
Timah putih melebihi daya larut padat maksimal akan membentuk fasa lain.
Untuk
dapat menggantikan atom lainnya dengan jumlah yang cukup banyak dan membentuk
larutan padat substitusi, ukuran dari atom harus sama atau hampir sama. Nikel
dan tembaga mempunyai jangkau larut yang besar karena keduanya mempunyai
struktur kps dan jari‑jari atomnya masing‑masing 0.1246 nm dan 0.1278 nm.
Dengan meningkatnya perbedaan ukuran, menurunlah kemampuan substitusinya. Hanya
20% atom tembaga dapat digantikan oleh aluminium karena jari‑jari aluminium
adalah 0.1431 nm, sedang jari‑jari
tembaga hanya 0.1278 nm.
Pelarutan
padat menjadi terbatas bila terdapat selisih ukuran jari‑jari atom melebihi
15%. Pelarutan akan lebih terbatas lagi‑bila kedua komponennya mempunyai
struktur kristal yang berbeda atau valensi yang berlainan. Faktor
pembatasan adalah jumlah atom substitusi dan bukannya berat atom substitusi.
Umumnya, ahli teknik menyatakan komposisi dalam persentase berat. Oleh
karena itu perlu kita membiasakan diri merubah persentase berat menjadi persentase
atom dan sebaliknya.
Larutan
padat tertata Gambar 1.1 memperlihatkan
suatu subsitusi acak atom dalam struktur kristal lain. Pada larutan demikian,
kemungkinan bahwa suatu unsur akan menempati kedudukan atom tertentu dalam
kristal sebanding dengan persentase atom unsur tersebut dalam paduan tadi.
Dalam keadaan demikian, dikatakan bahwa tidak ada tata substitusi kedua elemen
tadi.
Akan
tetapi sering dijumpai penataan kedua jenis atom sehingga membentuk pengaturan
khusus. Gambar 1.2. memperlihatkan struktur tertata dimana kebanyakan
"atom hitam" dikelilingi oleh atom kelabu" Penataan seperti ini
jarang teriadi pada suhu yang lebih tinggi oleh karena agitasi termal yang
lebih besar cenderung mengacaukan susunan yang tertata.
Gambar 1.2. Larutan padat subsitusi tertata
Larutan padat interstisi
Jenis
larutan padat lainnya, digambarkan pada Gambar 2.3., disisi atom yang kecil
dikelilingi oleh atom‑atom yang lebih besar. Contoh: karbon dalam besi. Pada suhu
dibawah 9120C, besi murni mempunyai struktur kubik pemusatan ruang.
Diatas 9120C, terdapat daerah temperatur tertentu dimana besi
mempunyai struktur kubik pemusatan sisi. Pada kisi kubik pemusatan sisi
terdapat ruang sisipan atau "lubang" yang agak besar pada pusat sel
satuan. Karbon, sebagai atom yang sangat kecil, dapat menduduki lubang tersebut
dan membentuk larutan padat besi dan karbon. Pada suhu yang lebih rendah,
dimana besi mempunyai struktur kubik pemusatan ruang, ruang sisipan antara atom‑atom
besi jauh lebih kecil. Akibatnya, daya larut karbon dalam besi kubik pemusatan
ruang sangat terbatas.
Gambar 1.3 Larutan padat interstisi
Larutan padat dalam senyawa
Larutan
padat substitusi terdapat dalam fasa ionik maupun logam. Dalam fasa ionik
sama halnya dengan logam padat, ukuran atom atau ion merupakan faktor yang
penting. Gambar 2.4. adalah contoh larutan padat ionik. Struktunya ialah MgO dimana ion Mg2+
digantikan oleh ion Fe2+. Karena jari‑jari kedua ion tersebut masing‑masing
0.066 nm dan 0.074 nm, substitusi sempurna mungkin terjadi. Sebaliknya, ion Ca2+
tidak dapat digantikan begitu saja oleh ion Mg2+ karena jari‑jarinya
lebih besar yaitu 0.099 nm.
Persyaratan tambahan yang
berlaku lebih ketat untuk larutan padat senyawa keramik daripada larutan padat
logam, dengan syarat bahwa muatan valensi ion yang digantikan harus sama dengan
muatan valensi ion baru.
Gambar 1.4. Larutan padat subsitusi dalam senyawa
Sangat
sulit untuk menggantikan Mg2+ dalam MgO dengan Li+,
meskipun keduanya mempunyai jari‑jari yang sama karena akan terdapat selisih
muatan (kekurangan). Substitusi semacam ini hanya mungkin terjadi bila diiringi
perubahan lain yang dapat meniadakan selisih muatan.
Gambar 1.5. Struktur Cacat
Ketidaksempurnaan dalam Kristal
Telah
kita kenal, jenis ketidaksempurnaan dalam kristal, dimana diperlukan kekosongan
untuk mengimbangi kepincangan muatan. Bila ketidaksempurnaan seperti kekosongan
meliputi sebuah atau beberapa atom kita sebut: cacat titik. Ketidaksempurnaan lain dalam kristal berujud garis;
oleh karena itu disebut cacat garis. Cacat
jenis ini penting pada waktu kristal mengalami deformasi plastik oleh gaya
geser. Sejumlah kecil cacat dapat menyebabkan kristal logam menjadi 1000 kali
lebih ulet dibandingkan dengan keadaan tanpa cacat. Bila banyak sekali
jumlahnya, cacat garis ini dapat meningkatkan kekuatan logam. Akhirnya,
cacat lainnya berbentuk dua dimensi dan mencakup permukaan luar atau batas‑batas
intern.
Cacat Titik. Cacat titik
yang paling sederhana adalah kekosongan, disini
ada atom yang "hilang" dalam kristal (Gambar 1.6.). Cacat demikian
merupakan hasil dari penumpukkan yang salah sewaktu kristalisasi, atau dapat
juga terjadi pada suhu tinggi, oleh karena meningkat energi termal. Bila enersi
termal tinggi memungkinkan bagi atom‑atom untuk melompat meninggalkan tempatnya
(dimana energi terendah) akan naik pula.
Gambar 1.6: Cacat titik
(a)
kekosongan
(b) Kekosongan ganda (dua
atom hilang)
(c)
kekosongan pasangan ion (capat Schottky)
(d)
sisipan
(e)
ion terpisah (cacat Frenkel).
Kekosongan pasangan Ion (disebut
juga cacat Schottky) terdapat dalam senyawa yang harus mempunyai keseimbangan
muatan, Cacat ini mencakup kekosongan pasangan ion dengan muatan berlawanan.
Kekosongan pasangan ion dan kekosongan tunggal mempercepat difusi atom. Suatu
atom tambahan dapat berada dalam struktur kristal, khususnya bila faktor
tumpukan atom rendah. Cacat semacam ini disebut sisipan, mengakibatkan distorsi atom. Perpindahan Ion dari kisi ke tempat sisipan disebut cacat Frenkel.
Struktur tumpukan padat lebih sedikit sisipan dan ion pindahannya dari pada
kekosongan, karena diperlukan energi tambahan untuk menyisipkan atom.
Cacat Garis (Dislokasi) Cacat
garis yang paling banyak dijumpai didalam kristal adalah dislokasi. Dislokasi garis dapat dilihat pada
Gambar 1.7. Dislokasi ini dapat digambarkan sebagai sisipan satu bidang atom
tambahan dalam struktur kristal. Disekitar dislokasi garis terdapat daerah yang
mengalami tekanan dan tegangan, sehingga terdapat energi tambahan sepanjang
dislokasi tersebut. Jarak geser atom disekitar dislokasi disebut vektor geser (b*).
Vektor ini tegak lurus pada garis dislokasi.
Dislokasi ulir menyerupai
spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir. Vektor gesernya sejajar dengan
garis cacat. Atom‑atom disekitar dislokasi ulir mengalami gaya geser, oleh karena itu terdapat energi
tambahan disekitar dislokasi tersebut.
Kedua
jenis dislokasi garis terjadi karena ada ketimpangan dalam orientasi bagian‑bagian
yang berdekatan dalam kristal yang tumbuh sehingga ada suatu deretan atom
tambahan ataupun deretan yang kurang.
Seperti
terlihat pada Gambar 1.7, dislokasi ulir memudahkan pertumbuhan kristal karena
atom dan sel satuan tambahan dapat tertumpuk pada setiap anak tangga ulir.
Istilah ulir sangat tepat karena anak tangga melingkari sumbu pada proses
pertumbuhan.
Dislokasi
mudah terjadi sewaktu deformasi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.8. dimana
suatu pergeseran mengakibatkan terjadinya dislokasi garis dan dislokasi ulir.
Keduanya menghasilkan deformasi akhir yang sama dan sebetulnya dihubungkan satu
dengan lainnya oleh garis dislokasi yang terjadi.
Gambar 1.7: Dislokasi
Gambar 1.8.: Pembentukan Dislokasi akibat geseran
Permukaan. Ketidaksempurnaan
kristal dalam dua dimensi merupakan suatu batas. Batas yang paling nyata adalah
permukaan luar. Permukaan dapat
dilukiskan sebagai akhir atau batas struktur kristal, kita dapat memahami
kenyataan bahwa koordinasi atom pada permukaan tidak sama dengan kooridinasi
atom dalam kristal. Atom permukaan hanya mempunyai tetangga pada satu sisi saja,
oleh karena itu memiliki energi yang lebih tinggi dan ikatannya kurang kuat.
Batas
butir. Meskipun bahan seperti tembaga dalam kawat listrik terdiri dari satu
fasa saja, yaitu satu struktur (kps), benda tersebut terdiri dari banyak sekali
kristal dengan orientasi yang berbeda. Kristal‑kristal ini disebut butir. Bentuk butir dalam bahan
padat biasanya diatur oleh adanya butir‑butir lain disekitarnya. Dalam setiap
butir, semua sel satuan teratur dalam satu arah dan satu pola tertentu. Pada batas butir, antara dua butir yang
berdekatan terdapat daerah transisi yang tidak searah dengan pola dalam kedua
butiran tadi.
Gambar 1.9: Atom Permukaan
Meskipun
kita tidak dapat melihat atom‑atom itu satu‑persatu, dengan mudah kita dapat
melihat batas butir dibawah mikroskop. Untuk ini logam perlu dietsa. Mula‑mula logam dipolis sampai
terbentuk permukaan yang halus seperti cermin kemudian diberi zat Kimia
tertentu selama beberapa detik. Atom‑atom didaerah transisi diantara butiran
akan lebih mudah larut dibandingkan atom‑atom lainnya dan akan meninggalkan
garis yang tampak oleh mikroskop. Batas butir yang dietsa tidak lagi merupakan
permukaan yang halus sebagai bagian lainnya dari butiran.
Batas
butir dapat kita anggap berdimensi dua, bentuknya mungkin melengkung dan
sesungguhnya memiliki ketebalan tertentu yaitu 2 sampai 3 jarak atom
Ketidakseragaman orientasi antara butiran yang berdekatan menghasilkan tumpukan
atom yang kurang efisien sepanjang batas. Oleh karena itu atom sepanjang batas
butir memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdapat dalam
butir.
Hal ini
yang menyebabkan mengapa daerah perbatasan lebih mudah terkikis. Energi atom
batas butir yang lebih tinggi juga penting bagi proses nukleasi selama
perubahan fasa polimorfi. Tumpukan atom yang lebih sedikit, pada batas butir
memperlancar difusi atom, dan ketidakseragaman orientasi pada butir yang
berdekatan mempengaruhi kecepatan gerak dislokasi, jadi batas butir merubah
regangan plastik dalam bahan
Daerah batas butir dan besar
butir.
Karena
batas butir berpengaruh atas bahan dalam berbagai hal, perlu diketahui besar
daerah batas butir per satuan volum (SV). Besarnya dapat
dihitung dengan mudah dengan menarik suatu garis pada gambar struktur mikro.
Garis ini akan memotong lebih banyak batas butir pada bahan berbutir halus dibandingkan dengan bahan
berbutir kasar. Hubungannya adalah SV
= 2 PL., dimana PL
merupakan jumlah titik potong antara garis dengan panjang satuan dan
batas butir. Hubungan tersebut diatas tidak akan dibuktikan disini, akan tetapi
kebenarannya dapat dilihat pada Gambar 1.22.
Gambar 1.10: Menghitung daerah batas
butir
Ulasan
Catat Ulasan