Pengalaman Surabaya - Bromo Naik Sepeda Motor


Sungguh menyenangkan bisa berbagi pengalaman bukan. Well, sekian bulan vacum dari dunia penulisan and now i'm come back!. Ada banyak cerita yang bisa dibagi. Mulai dari pertama saya akan mengawalinya dari touring sepeda motor dari Surabaya ke gunung bromo.
Barangkali juga bagi Anda yang hendak ke bromo turun di Surabaya ada sedikit tips dari saya. Naik motor mungkin. walaupun banyak blog lain yang sudah membahasnya. No problem, everyone has good story by experience theirself. Begitu juga dengan saya. Tetap akan ada perbedaan dari yang lain. apa aja itu? simak dibawah ini...

Pertama, dari sudut pandang mahasiswa dikenal di berkantong tipis. Istilah umum bagi kami, mungkin tidak bagi Anda?. Sebisa mungkin perjalanan harus memotong biaya seminim-minimnya (prinsip ekonominya keluar). Persiapkan perlengkapan saya sudah sangat memenuhi. Bermodal sebuah sepeda motor, dan uang secukupnya dari keputih Surabaya kami berangakat pukul 20.00 WIB.
Perjalanan memakan waktu 4 jam sampai pos "warung kopi" kami menyebutnya. Dengan catatan perjalanan lancar tidak ada halangan.
Bisa dibilang perjalanan kali ini "nekat". Satu dua kali kami berhenti bertanya penduduk setempat. untung pada waktu itu google maps yang kami gunakan cukup membantu. Jika tidak mungkin bisa berkali-kali kami bertanya. Padahal malam gelap, jalan sepi seperti hutan, lagi rutenya menanjak keatas, sedangkan masyarakat pedesaan banyak sudah yang tertidur. Ada beberapa warung yang buka di daerah pasuruan akhirnya jadi pilihan kami sekalian menggisi bensin. Tips pertama, pastikan Anda menyiapkan barang yang diperlukan dengan baik. Isi fulltank bensin, full charge batrey handphone, dan uang memadai.

Jam menunjukan pukul 12.00, awal rute penanjakan. Kami memasuki gerbang masuk kawasan bromo, Hargnya kira-kira waktu itu (April 2016) Rp 35.000/orang. Wahaha, lumayan juga. 3 kilo meter kami melaju di jalan ada sekelompok anak muda menawarkan jasa penginapan. Berdalih jalanya di tutup kek, ada rute baru kek, sudah deket kek, dan kakek-kakek lainya. So pasti orang mencari rezeki ada-ada saja jalannya. Mungkin melihat plat kami L (Surabaya) pandai mereka memanfaatkan peluang. Dari awal kami curiga. Kami lanjutkan saja terus kedepan dalam keadaan tengah malam, benar benar di hutan, tidak ada lampu sama sekali. Hampir kami salah jalan dipertigaan antara naik ke perkebunan dan jalan seharusnya. Pandai-pandai punya trik saja saat tidak ada sinyal buat gps. Lampu motor kami matikan supaya tidak mencolok siapa tahu ada begal dalam posisi tidak tau arah. Sembari menunggu ada kendaraan lain lewat. Adu mulut tidak terlelakan diantara saya dan teman saya. Tapi untunglah feeling saya benar dengan tidak mengambil tawaran pemuda tadi. Rombongan mobil pun lewat sambil kami ikuti mereka. Tips kedua, jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal. Amati kondisi lingkungan sekitar, dan tetap tenang dalam keadaan apapun.

Sampai juga di pos "warung kopi" pukul 01.20 dini hari. Kami memutuskan untuk istirahat sejanak. Udara dingin datang perlahan menghampiri. Secangkir kopi panas rasanya tidak panas lagi. Baru sekitar pukul 03.00 kami putuskan untuk naik. Perjalanan menuju puncak ditempuh dengan motor.
Disana sudah disediakan lahan parkir tersendiri. Memakan waktu sekitar 1,5 jam daripemberhentian terakhir. Dari sini Anda sebaiknya mulai waspada dan fokus. Sebab rute ke atas begitu tajam menanjak dan sudut belokan hampir 180 derajat. Motor yang Anda gunakan siap - siap berasap jikalau tidak kuat. Terkadang kami juga harus sabar betul ketika bersimpangan dengan mobil jeep. Banyak penyewaan mobil disana, dengan kisaran harga tertentu. Tips, jika anda bukan orang pemberani cari amanlah dengan menyewa jasa mobil jeep. Utamakan keselamatan Anda selalu.

Parkir cukup membayar 5 ribu saja. Dari situ kita berjalan kaki kurang lebih 15 menit menaiki tangga. Sembari menunggu subuh, kami istirahat sejenak di ditempat yang telah disediakan. Disini Anda bisa buang air kecil, cuci muka, dll. Karena air disini susah, sekali ke toilet kami harus membayar 3-5 ribu. Wait, waktu yang ditunggu tiba. Sunrise di puncak bromo.

Puas melihat sunrise, kami turun. Hampir saja kami putuskan membawa oleh - oleh kenalan awewe geulis Jawa Barat (HaHaHa). Karena terlalu berat, jadi kami membeli bunga edelweis yang banyak di tawarkan di sepanjang tangga. Tips, bunga edelweis yang ditawarkan tidak seperti edelweis yang mekar lebar pada umumnya. Misal betul mau membeli saya sarankan di tunda dulu. Jangan mau di tipu penjual you must be smart buyer.

Untuk turun cukup cepat. Memerlukan waktu 1 jam dari lima tiga puluh sampai tujuh tiga puluh menuju persimpangan ke arah gurun pasir. Disana sejauh mata memandang Anda akan melihat pemandangan indah. Bukit-bukit berbaris, kabut Bromo yang khas, dan sensasi kantuk yang luar biasa pula. Alih-alih melihat bangunan diatas pasir Bromo, rute 3,5 jam padang pasir tidak hanya menguras tenaga tapi juga pikiran. Seperti roda selip ketika melewati pasir, bensin hampir habis sementara tidak ada pemukiman sama sekali, begitu pun orang jualan. sehingga kita harus menahan lapar dan dahaga dalam kondisi kantuk berat, perut lapar, dan keputusasaan. Okelah, yang penting kita tetap tenang, dan senang. sebelum saya tutup ada vidio waktu kami menyebrangi lautan sahara. "Keep Inspiring"




ok cukup disini liburan part 1.. part dua di posting selanjutnya.. see you..
sampai jmpa di post selanjutnya dengan petualang menarik lainya.. stay tune..

Ulasan

Catat Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Table Manners (Aturan Makan Internasional) ala Negara Eropa, Amerika, Jepang, dan Indoensia

Perhitungan Konstruksi Kapal (Sekat- Sekat dan Gading Kapal)

Pengertian Superintendent Engineering