Hope and Expect

Dua tahun lalu aku bermimpi untuk bisa ke luar negeri, entah kemana tujuan pada waktu itu. Hingga pada akhirnya pilihanku jatuh ke Malaysia. Terserah orang berkata apa, toh mereka punya pendapat masing-masing. dan aku terima alasan mereka satu persatu. Bermacam pertanyaan datang satu persatu. Diantaranya mereka membandingkan mutu pendidikan, apa tidak sebaiknya ke negara lain saja, korea, jepang, jerman?. Ngapain ke Malaysia?. Pertanyaan tersebut sentak membuatku ciut sebelah.

"A bird sitting on a tree is never afraid of the branch breaking, because his trust is not on the branch but on it's own wing. Always believe in yourself."
 
Mulai perlahan aku membangun jawaban yang tepat dari pertanyaan semacam itu. Aku temukan juga di ujung bulan sabit ketika separuh bumi gelap. Biar kata orang tidak penting tapi menurut aku itu sangat penting. Antara lain, beberapa referensi yang aku dapatkan akhir-ini mengatakan Malaysia negara dihuni etnis china dan india pada kisaran 50% lebih, lebih banyak dibandingan kan rakyat Malaysia sendiri yang hanya sekirtar 40%. Aku kagum pada mereka dengan seperti itu mereka menjadikan Islam sebagai agama pertama. kedua, niatku belaajar bahasa inggris di sini. Karena malaysia menjadikan bahasa inggris dan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari.

Mimpi hanyalah sekadar mimpi. Jika Tuhan berkendak, mimpi itu akan jadi kenyataan. Sampai pada akhirnya aku berhasil tembus 7 dari orang terpilih lain untuk pertukaran pelajar selama satu semester di Universiti Kuala Lumpur. Berkat dukungan orang tua juga semua dapat terwujud, tanpa suport mereka apalah jadinya aku ini. Dan alhamdulillah semua berjalan masih dalam kondisi aman sampai break semester.

Dari sini aku rasakan banyak manfaat. seperti halnnya filosofi air, "semakin tenang, semakin dalam". aku tidak akan banya bicara soal ini, biarkan sumur ini penuh dahulu karena sudah haus ber tahun-tahun diisi lumpur. aku benar-benar kosongkan wadah untuk menimba ilmu.

Lahir di tempat yang menghasruskan kita menang dalam kompetisi untuk mendapat kejayaan kedengaran tak enak di ceritakan. Dua hal yang terbawa dari hasil kompetisi itu adalah cara mata ini melihat dan soal hati ini mendengar. Asa itu tetap menyala. Berkobar dalam idealisme, bersama realita. menuju Ridho Allah Azza Wajalla. Sebab Allah lah, aku berani bermimpi (lagi).

Ulasan

Catat Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Table Manners (Aturan Makan Internasional) ala Negara Eropa, Amerika, Jepang, dan Indoensia

Perhitungan Konstruksi Kapal (Sekat- Sekat dan Gading Kapal)

Pengertian Superintendent Engineering